Teknologi dan Saya

Pria normal selalu memikirkan seks dan/atau teknologi, karena pria pada umumnya dari masa anak-anak sampai dewasa selalu memikirkan itu, jadi jika anda tidak bisa dan tidak suka berkhayal tentang seks dan teknologi maka jelas berarti anda tidak normal.

Anda tidak normal jika tidak pernah berkhayal memiliki mobil super canggih, seperti Superman, yang bisa terbang,  memiliki komputer, memiliki robot yang bisa berpikir seperti manusia dan sebagainya.

Pokoknya, sudah menjadi hukum alam bahwa orang yang normal pada dasarnya justru selalu dan lebih banyak memikirkan suatu yang tidak normal (suatu yang diluar kenyataan), yaitu berkhayal memiliki suatu yang tidak mungkin dicapai.


Hahaha, apa yang anda pikirkan? Apakah saya ngawur? Sebenarnya maksud saya dengan pernyataan ngawur diatas tidak lebih dan tidak kurang yaitu untuk membela diri bahwa saya ini ‘orang normal loh”, meskipun khayalan saya sudah tidak normal, karena saya tidak bisa mengalihkan pemikiran saya untuk bisa memiliki suatu yang super canggih seperti : komputer tablet, ponsel smartphone, mobil terbang dan sebagainya.

Namun dalam hidup ini khayalan tetap tinggal khayalan, masalahnya sudah jelas “na hadong hepeng” karena dari mana saya dapat uang untuk beli komputer tablet seperti I-pad, sedangkan beli celana dalam saja kredit.

Jika orang beragama susah payah untuk mencapai keajaiban melalui “iman,” maka orang moderen sekuler berkata: “keajaiban bisa dibeli dengan uang” karena teknologi adalah keajaiban.

Teknologi adalah agama orang moderen, jangan kira melihat seorang yang aktif dalam kegiatan agamanya, kelihatan taat beragama merupakan orang sungguh-sungguh beragama, apalagi jika mereka itu generasi “millenium,” saya sudah memperhatikan dengan sungguh-sungguh setiap orang yang kelihatan taat beragama yang pernah saya temui, saya dapati seratus persen mereka itu ternyata juga BERTUHAN kepada teknologi.

Hari-hari dalam hidup mereka di depan televisi, apa yang mereka tonton, kalau tidak sinetron, movie, maka gosip selebritis, hari-hari pencat-pencet ponsel apa yang mereka lihat? Kadang video bokep, hari-hari berinternet, apa yang mereka cari? Sering justru masuk situs pornographi.

Makanya saya yakin jika saya berani ngerocos tentang teknologi, pasti banyak orang suka mendengarkan saya, walapun apa yang saya katakan tidak jelas.

Berbicara tentang teknologi tidak boleh sembarang, tetapi saya perhatikan orang-orang hebat seperti para para pejabat juga sering berbicara sembarang, jadi tidak masalah jika saya berbicara sembarang disini karena saya memang orang sembarang, bukan pejabat, bukan orang pintar dan bukan manusia karena “aku adalah binatang jalang.” “Yang terpisah dari kawanannya.”

Jika anda tidak suka dengan kata-kata saya yang sembarang, maka silakan tinggalkan blog ini dan kalo bisa lemparkan blog ini kedalam neraka, jika anda masih kasihan dengan saya silakan lanjut.

Meskipun saya tidak pernah bisa menikmati hasil karya Steve Jobs, saya sebenarnya termasuk pengagum berat Steve Jobs, saya suka menonton video beliau berpidato, sungguh mengesankan bagi saya.
Tetapi kekaguman saya tidak seberapa dibandingkan sekelompok orang yang menganggap Steve Jobs sebagai sang “Juru Selamat,” karena memang kontribusi beliau terhadap perkembangan teknologi informasi atau perkomputeran sangat besar, sementara seperti telah disebutkan tadi, bahwa agama orang moderen adalah teknologi, maka pantaslah jika ada orang yang punya keyakinan yang berlebihan sehingga melihat Steve Jobs sebagai sang “Juru Selamat.”

Saya mengagumi Steve Jobs karena saya juga ingin menjadi seorang “Juru Selamat” tetapi tentunya itu merupakan hal yang sangat-sangat mustahil dalam hidup saya, karena saya lahir di Indonesia dan termasuk diantara rakyat yang menjadi korban kekejaman pemerintahan yang korup sepanjang masa, lain halnya jika saya lahir di negara maju, dimana saya dilahirkan tepat di depan komputer, dimana ketika saya membuka mata saya untuk pertama kali yang saya lihat adalah komputer, maka saya yakin bahwa saya akan jauh lebih hebat dari seorang Steve Jobs.

Tetapi jangankan dilahirkan didepan komputer, saya justru melihat komputer setelah menjadi kakek-kakek, setelah kepala penuh dengan uban, disaat rasa ingin tau terhadap teknologi sudah hilang.
Karena itu saya sangat menyesal lahir menjadi seorang pribumi di pulau Kalimantan, setiap hari air mata saya selalu menetes melihat ratusan meter dan ribuan batang kayu-kayu raksasa diangkut sepanjang sungai, demikian juga berton-ton batubara diangkut setiap hari.

Saya menyesal karena ternyata saya sebagai penduduk pribumi tidak berhak menikmati dan menjadi kaya raya oleh hasil kekayaan hutan dan bumi itu, saya menyesal dan menangis karena saya bodoh, saya kurang gizi, saya tidak punya uang untuk bisa memiliki kemampuan berpikir seperti orang-orang yang saya kagumi, Steve Jobs, Bill Gates, Larry Pages, Mark Zuckerberg dan yang lainnya.

Coba di Indonesia ini ada pemerintahan yang peduli rakyat, mungkin nasib saya tidak seperti ini, pemerintahan yang ada (yang sampai tahun 2011 ini) sama sekali bukan pemerintah yang peduli rakyat, saya mengerti mengapa pemerintah setengah-setengah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, mengapa pemerintah mempertahankan sistem belajar dan mengajar yang kaku, meskipun pemerintah juga tau bahwa pendidikan yang berkualitas adalah kunci kejayaan suatu bangsa, karena orang-orang di pemerintahan ini takut kalau muncul generasi-generasi pintar dari kaum tertindas, yang kelak bisa membongkar kebrobrokan pemerintah dan mengalahkan pemerintah.

Selain itu mengapa pemerintah sangat takut munculnya generasi pintar? Karena itu akan menghilangkan lahan subur pembodohan ketika Pemilu, makanya demokrasi di Indonesia itu, yang terpilih menjadi pemimpin tidak berdasarkan pertimbangan layak atau tidak layak, berkompentensi atau tidak, mampu atau tidak, kredibel atau tidak dan sebagainya, tetapi siapa yang terpilih rakyat banyak, walaupun orang tersebut dinilai kalangan tertindas sebagai orang yang tidak layak, orang yang tidak peduli rakyat, orang yang tidak kredibel dan sebagainya.

Anda pikir bahwa orang-orang yang terpilih menjadi penguasa bangsa ini adalah orang-orang hebat? Mereka itu berbicara tentang kesejahteraan rakyat hanya ketika mereka berada didepan publik, tetapi disaat mereka berkumpul sesama penguasa, sesama politikus, sesama mereka maka sedikitpun mereka tidak pernah membicarakan bagaimana mensejahterakan rakyat, apa yang mereka bicarakan?

Kalau mereka ngobrol tentang strategi untuk mengambil hati rakyat dengan program-program dan proyek-proyek masih mending, tapi kalau mereka sudah mulai bicara bagaimana menipu rakyat, bagaimana memanipulasi hasil Pemilu, dimana berjudi, dimana ada WTS cantik-cantik, kemana peleseliran dan yang menyenangkan hati lainnya?

Saya dapat bayangkan kepada diri saya sendiri jika saya menjadi penguasa, apa yang saya buat? Pertama bagaimana memperkaya diri dan keluarga, kedua bagaimana membalas budi orang-orang yang sudah membantu saya menjadi penguasa, ketiga bagaimana agar saya bisa mempertahankan posisi, keempat bagaimana membalas dendam orang-orang yang tidak sejalur dengan saya, kelima bagaimana agar saya tidak diperalat oleh orang lain.

Jika saya yang jelas-jelas orang baik-baik, orang yang selalu peduli dengan orang lain, orang jujur, orang yang penuh komitmen, bisa berpikir seperti itu maka apalagi para politikus yang jelas-jelas mejadikan politik sebagai lahan bisnis atau sumber pencarian. * http://onpot.blogspot.com

0 komentar:

Post a Comment